Kamis, 20 Mei 2010

KEONG (Sepenggal kisah sebelum saat itu)

Dulu kalau melihat akhwat, ada pikiran nakal berputar di otak ini yang selanjutnya aku akan senyum - senyum sendiri.
Entah kenapa tiap melihat mereka maka aku akan teringat dengan sebuah binatang sawah yang bernama keong. Maaf kepada para akhwat, bukannya menyamakan kalian dengan binatang atau keong, tapi jujur itulah yang terlintas diotakku kala melihat kalian.

Baiklah, biar kalian tahu alasannya maka mari kita bandingkan antara keong dan akhwat. Kalian boleh setuju dan boleh menyangkal argumenku. Karena aku pikir sah – sah saja kita memiliki cara pandang berbeda tentang sesuatu.

Pertama, lihatlah fisik keong yang lemah, halus dan lentur. Yang dengan keunikannya itu, keong memerlukan rumah sebagai pelindung. Kalau kita tanya kepada mereka yang sudah bergaul dengan akhwat (istrinya) dan kita baca literatur – literatur yang ada maka akan kita temukan bahwa akhwat itu ya tidak jauh beda. Sampai ada yang mengatakan bahwa akhwat adalah tulang rusuk yang bengkok, maka kalau ingin meluruskan harus hati - hati agar tidak patah. Lihat betapa mereka menggunakan kehalusan perasaan mereka untuk bertingkah laku. Atau lihat saja ia akan mudah sekali menangis ketika senang atau sedih, dan katanya tangisan itu adalah salah satu caranya untuk merajuk. (Bener gak sich?)

Kedua, lihatlah betapa pemalunya keong saat ada benda asing menyentuhnya. Dia akan serta merta masuk ke dalam rumahnya. Coba saja (kalau berani) ada ikhwan yang mencoba - coba untuk melirik si akhwat. Maka bisa dipastikan si akhwat akan segera menunduk penuh malu dan kalau dilihat dari dekat mukanya akan bersemu kemerahan akibat ulah ikhwan yang nakal tadi. dan kalau untuk sekedar dilirik saja begitu efeknya, maka jangan pernah coba - coba untuk memegang tangannya (kecuali muhrimnya lah)

Ketiga, lihatlah jalannya keong yang pelan bagai penuh perasaan dan kehati - hatian. Seolah ia ingin melindungi tubuhnya yang lemah dari onak dan duri atau dari kerikil tajam. Lantas akhwat? Kayaknya gak jauh beda. Walau tak dipungkiri banyak akhwat juga yang bisa berjalan cepat, bahkan bila naik gunung bisa jadi mengalahkan para ikhwan yang tidak pernah olah raga.

Keempat, lihatlah rumahnya yang kokoh, keras melindungi kerapuhan dirinya dari segala ancaman dan gangguan. Coba saja keong berani untuk keluar dari rumahnya, maka alangkah senangnya sang ayam begitu melihat santapan gratis yang ada didepannya. Begitu pula akhwat. Jilbab yang terulur di tubuhnya selain sebagai pelindung dari udara luar yang bisa saja panas atau dingin, ia juga berfungsi seabgai pelindung dirinya dari tatapan mata lelaki yang melihatnya. Pun dengan memakai jilbab itu, adalah dalam rangka melaksanakan syariatnya yang akan melindungi dirinya dari panasnya api neraka.

Jadi, itulah alasanku ‘menyamakan’ kalian dengan keong. Dan tolong jangan dimarahi apalagi dilempari batu atas otakku yang nakal ini. Aku sendiri belum bisa membayangkan apa yang akan terjadi kala bergaul dengan ‘keong’ yang akan kupilih sebagai teman hidupku.

Oleh karena itu, berbanggalah sebagai akhwat yang memiliki beberapa kelebihan dan keunikan seperti diatas. Wallahu alam bish showwab.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2009-
Keluarga Alumni AL-Faruq 2005