Kamis, 20 Mei 2010

Lucu Yah (Ko Bisa Sih... ???)

Assalamualaikum,

Umat Allah semua, ini ada sedikit Renungan buat semua...

Ini :

Lucu ya, uang Rp 20,000 an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak
amal mesjid, tapi begitu kecil bila kita bawa ke mall…

Lucu ya, 45 menit terasa terlalu lama untuk berdzikir, tapi betapa
pendeknya waktu itu untuk pertandingan liga Italy…

Lucu ya, betapa lamanya 2 jam berada di Masjid, tapi betapa cepatnya 2
jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop…

Lucu ya, susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdoa atau sholat, tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan bila ketemu teman…

Lucu ya, betapa serunya perpanjangan waktu di pertandingan bola favorit
kita, tapi betapa bosannya bila imam sholat Tarawih bulan Ramadhan
kelamaan bacaannya…

Lucu ya, susah banget baca Al-Quran 1 juz saja, tapi novel best-seller
100 halaman pun habis dilalap…

Lucu ya, orang-orang pada berebut paling depan untuk nonton bola atau
konser, tapi berebut cari shaf paling belakang bila Jumatan agar bisa
cepat keluar…

Lucu ya, kita perlu undangan pengajian 3-4 minggu sebelumnya agar bisa
disiapkan di agenda kita, tapi untuk acara lain jadwal kita gampang
diubah seketika…

Lucu ya, susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah, tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gossip…

Lucu ya, kita begitu percaya pada yang dikatakan koran, tapi kita sering mempertanyakan apa yang dikatakan Al Quran…

Lucu ya, semua orang pinginnya masuk surga, tapi susah untuk berprilaku
jujur dan khusyu' ibadah, apalagi berprilaku ikhlas dan bertaqwa…

Lucu ya, begitu banyak orang segan/takut sama boss, pejabat, dan orang
"besar" lainnya, tapi begitu banyak orang yang cuek kepada Ar Raqiib…

Lucu ya, kita bisa ngirim ribuan jokes lewat email, tapi bila ngirim
yang berkaitan dengan ibadah sering mesti berpikir dua-kali…

Lucu ya, untuk bermain kaskus sanggup berjam-jam, tapi untuk beramal
dengan hanya sekedar membaca artikel agama dari seorang ustadz dan
menghabiskan waktu kurang dari 5 menit saja tidak sanggup.

LUCU YA!

“DAN SAMPAIKANLAH BERITA GEMBIRA KEPADA ORANG-ORANG MU’MIN BAHWA
SESUNGGUHNYA BAGI MEREKA KARUNIA YANG BESAR DARI ALLAH.” (QS. 33:4)



Wassalamualaikum.

Baca Selengkapnya...

KEONG (Sepenggal kisah sebelum saat itu)

Dulu kalau melihat akhwat, ada pikiran nakal berputar di otak ini yang selanjutnya aku akan senyum - senyum sendiri.
Entah kenapa tiap melihat mereka maka aku akan teringat dengan sebuah binatang sawah yang bernama keong. Maaf kepada para akhwat, bukannya menyamakan kalian dengan binatang atau keong, tapi jujur itulah yang terlintas diotakku kala melihat kalian.

Baiklah, biar kalian tahu alasannya maka mari kita bandingkan antara keong dan akhwat. Kalian boleh setuju dan boleh menyangkal argumenku. Karena aku pikir sah – sah saja kita memiliki cara pandang berbeda tentang sesuatu.

Pertama, lihatlah fisik keong yang lemah, halus dan lentur. Yang dengan keunikannya itu, keong memerlukan rumah sebagai pelindung. Kalau kita tanya kepada mereka yang sudah bergaul dengan akhwat (istrinya) dan kita baca literatur – literatur yang ada maka akan kita temukan bahwa akhwat itu ya tidak jauh beda. Sampai ada yang mengatakan bahwa akhwat adalah tulang rusuk yang bengkok, maka kalau ingin meluruskan harus hati - hati agar tidak patah. Lihat betapa mereka menggunakan kehalusan perasaan mereka untuk bertingkah laku. Atau lihat saja ia akan mudah sekali menangis ketika senang atau sedih, dan katanya tangisan itu adalah salah satu caranya untuk merajuk. (Bener gak sich?)

Kedua, lihatlah betapa pemalunya keong saat ada benda asing menyentuhnya. Dia akan serta merta masuk ke dalam rumahnya. Coba saja (kalau berani) ada ikhwan yang mencoba - coba untuk melirik si akhwat. Maka bisa dipastikan si akhwat akan segera menunduk penuh malu dan kalau dilihat dari dekat mukanya akan bersemu kemerahan akibat ulah ikhwan yang nakal tadi. dan kalau untuk sekedar dilirik saja begitu efeknya, maka jangan pernah coba - coba untuk memegang tangannya (kecuali muhrimnya lah)

Ketiga, lihatlah jalannya keong yang pelan bagai penuh perasaan dan kehati - hatian. Seolah ia ingin melindungi tubuhnya yang lemah dari onak dan duri atau dari kerikil tajam. Lantas akhwat? Kayaknya gak jauh beda. Walau tak dipungkiri banyak akhwat juga yang bisa berjalan cepat, bahkan bila naik gunung bisa jadi mengalahkan para ikhwan yang tidak pernah olah raga.

Keempat, lihatlah rumahnya yang kokoh, keras melindungi kerapuhan dirinya dari segala ancaman dan gangguan. Coba saja keong berani untuk keluar dari rumahnya, maka alangkah senangnya sang ayam begitu melihat santapan gratis yang ada didepannya. Begitu pula akhwat. Jilbab yang terulur di tubuhnya selain sebagai pelindung dari udara luar yang bisa saja panas atau dingin, ia juga berfungsi seabgai pelindung dirinya dari tatapan mata lelaki yang melihatnya. Pun dengan memakai jilbab itu, adalah dalam rangka melaksanakan syariatnya yang akan melindungi dirinya dari panasnya api neraka.

Jadi, itulah alasanku ‘menyamakan’ kalian dengan keong. Dan tolong jangan dimarahi apalagi dilempari batu atas otakku yang nakal ini. Aku sendiri belum bisa membayangkan apa yang akan terjadi kala bergaul dengan ‘keong’ yang akan kupilih sebagai teman hidupku.

Oleh karena itu, berbanggalah sebagai akhwat yang memiliki beberapa kelebihan dan keunikan seperti diatas. Wallahu alam bish showwab.
Baca Selengkapnya...

Selasa, 18 Mei 2010

"Bandingkan Cinta Anda Dengan Cinta-Nya "

Cinta adalah memberi, dengan segala daya dan keterbatasannya seorang pecinta akan memberikan apapun yang sekiranya bakal membuat yang dicintainya senang. Bukan balasan cinta yang diharapkan bagi seorang pecinta sejati, meski itu menjadi sesuatu yang melegakannya. Bagi pecinta sejati, senyum dan kebahagiaan yang dicintainya itulah yang menjadi tujuannya.

Cinta adalah menceriakan, seperti bunga-bunga indah di taman yang membawa kenyamanan bagi yang memandangnya. Seperti rerumputan hijau di padang luas yang kehadirannya bagai kesegaran yang menghampar. Seperti taburan pasir di pantai yang menghantarkan kehangatan seiring tiupan angin yang menawarkan kesejukkan. Dan seperti keelokan seluruh alam yang menghadirkan kekaguman terhadapnya.

Cinta adalah berkorban, bagai lilin yang setia menerangi dengan setitik nyalanya meski tubuhnya habis terbakar. Hingga titik terakhirnya, ia pun masih berusaha menerangi manusia dari kegelapan. Bagai sang Mentari, meski terkadang dikeluhkan karena sengatannya, namun senantiasa mengunjungi alam dan segenap makhluk dengan sinarannya. Seperti Bandung Bondowoso yang tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.

Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.

Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan.

Tentang Cinta itu sendiri, Rasulullah dalam sabdanya menegaskan bahwa tidak beriman seseorang sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya. Al Ghazali berkata: "Cinta adalah inti keberagamaan. Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalaupun ada maqam yang harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta, maqam itu hanyalah akibat dari cinta saja."

Disatu sisi Allah Sang Pencinta sejati menegaskan, jika manusia-manusia tak lagi menginginkan cinta-Nya, kelak akan didatangkan-Nya suatu kaum yang Dia mencintainya dan mereka mencintai-Nya (QS. Al Maidah:54). Maka, berangkat dari rasa saling mencintai yang demikian itu, bandingkanlah cinta yang sudah kita berikan kepada Allah dengan cinta Dia kepada kita dan semua makhluk-Nya.

Wujud cinta-Nya hingga saat ini senantiasa tercurah kepada kita, Dia melayani seluruh keperluan kita seakan-akan Dia tidak mempunyai hamba selain kita, seakan-akan tidak ada lagi hamba yang diurus kecuali kita. Tuhan melayani kita seakan-akan kitalah satu-satunya hamba-Nya. Sementara kita menyembah-Nya seakan-akan ada tuhan selain Dia.

Apakah balasan yang kita berikan sebagai imbalan dari Cinta yang Dia berikan? Kita membantah Allah seakan-akan ada Tuhan lain yang kepada-Nya kita bisa melarikan diri. Sehingga kalau kita "dipecat" menjadi makhluk-Nya, kita bisa pindah kepada Tuhan yang lain.

Tahukah, jika saja Dia memperhitungkan cinta-Nya dengan cinta yang kita berikan untuk kemudian menjadi pertimbangan bagi-Nya akan siapa-siapa yang tetap bersama-Nya di surga kelak, tentu semua kita akan masuk neraka. Jika Dia membalas kita dengan balasan yang setimpal, celakalah kita. Bila Allah membalas amal kita dengan keadilan-Nya, kita semua akan celaka. Jadi, sekali lagi bandingkan cinta kita dengan cinta-Nya. Wallahu a'lam bishshowaab.
Baca Selengkapnya...

"Ada Apa Dengan Cinta "

Suatu hari, tiga tahun yang lalu, saya sedang bete berat. Entah mengapa, dunia terasa sempit, sumpek dan menyebalkan. Padahal banyak pekerjaan yang mestinya saya selesaikan. Laporan praktikum yang bertumpuk, makalah-makalah serta seabrek PR dari banyak organisasi yang kebetulan saya ikuti. Dalam perjalanan pulang menuju kost, mata saya tiba-tiba tertumbuk pada sebuah wartel. Tanpa tahu mau menelepon siapa dan untuk apa menelepon, saya dengan linglung memasuki salah satu kabin. Sebuah nomor tiba-tiba terpencet otomatis. 8411063! “Assalamu’alaikum…” sebuah suara yang mendadak terasa merdu terdengar.

Seperti ada suntikan kesegaran yang luar biasa, mendadak semangat saya bangkit. Percakapan yang mengalir begitu saja telah mengubah dunia yang tadinya abu-abu menjadi penuh warna. Pemilik suara itu adalah seorang sahabat yang sangat dekat dengan saya. Meskipun jarang bertemu, kami yakin, ada cinta yang menginspirasikan berbagai ide mulai dari yang sederhana sampai briliyan. Cinta itu yang kami yakini menjadi pemotivator dari setiap langkah yang kian hari kian berat.

Ah, Cinta…
Saya selalu terpana dengan cinta. Membuat pikiran ini dengan susah payah membayangkan seorang Abu Bakar yang tiba-tiba berlari kesana kemari, kadang ke depan, ke samping, lantas tiba-tiba ke belakang rasulullah. Saat itu mereka sedang dalam perjalanan hijrah menuju Madinah. Di belakang, orang-orang kafir Quraisy mengejar, bermaksud membunuh Muhammad SAW. Tentu saja sang nabi terheran-heran. Beliau pun bertanya dan dijawab oleh Abu Bakar, bahwa ketika ia melihat musuh ada di belakang, maka Abu Bakar berlari ke belakang. Jika musuh di depan, Abu Bakar lari ke depan, dan seterusnya. Abu Bakar siap menjadi tameng buat rasulullah. Agar jika ada musuh menyerang, ia lah yang lebih dulu menerimanya.

Itulah cinta. Sama seperti ketika mereka akhirnya kecapekan dan menemukan sebuah gua. Abu Bakar melarang Rasul masuk sebelum ia membersihkan terlebih dulu. Saat membersihkan, Abu Bakar melihat 3 buah lubang. Satu lubang ia tutup dengan sobekan kain bajunya, lalu yang dua ia tutup dengan ibu jari kakinya. Rasul pun tidur di pangkuan Abu Bakar. Pada saat itulah, Abu Bakar merasakan kesakitan yang luar biasa. Ia digigit ular. Namun ia tidak mau membangunkan Rasul dan terus menahan sakit hingga air matanya menetes. Tetesan itu menimpa rasul dan terbangunlah beliau. Berkat mukzizat Rasul, sakit itu pun berhasil disembuhkan. (Sumber, ‘Berkas-berkas Cahaya Kenabian’, Ahmad Muhammad Assyaf).

Ada apa dengan cinta? Kalau Mbak Izzatul Jannah (salah seorang teman dekat juga) menjawab, “ada energi disana”. Saya sepakat dengan pendapat itu. Bukan karena beliau adalah teman dekat, tetapi karena saya telah merasakannya. Dan saya ingin berbagai cahaya dengan kalian.

Cinta Positif vs Cinta Negatif

Jujur, saya mungkin kurang ngeh jika bicara masalah cinta, karena saya belum menikah. (He…he, mohon doanya ya…). Saya pun alhamdulillah belum sempat pacaran, karena Allah keburu ‘menyesatkan’ saya dari jalan kemaksiatan menuju jalan yang terang benderang, jalan yang kita yakini bersama kebenaran dan keindahannya. Namun justru itulah, saya lantas menikmati cinta yang sejati. Lewat para sahabat yang mengantarkan diri ini semakin hari semakin berkarat (maksudnya kadar karatnya makin tinggi, seperti logam mulia itu lho…) alias semakin baik. Serta tidak ketinggalan, cinta kepada sang pemberi kehidupan alias cinta hakiki yang tertinggi.

Seorang sahabat pernah bernasyid di depan saya, menukil sebuah nasyid yang dipopulerkan oleh SNADA.

Ingin kukatakan, arti cinta kepada dirimu dinda
Agar kau mengerti, arti sesungguhnya
Tak akan terlena dan terbawa, alunan bunga asmara
Yang kan membuat dirimu sengsara

Cinta suci luar biasa, rahmat sang pencipta
Kepada semua hamba-hambanya

Jangan pernah kau berpaling dari cinta
Cinta dari sang maha pencipta
Kau pasti tergoda…

Nyanyian itu membuat saya merenung panjang lebar. Yups, ketemu deh. Ada cinta positif, ada juga cinta negatif. Jika cinta adalah energi, maka akan muncul pula energi positif dan energi negatif.

Adanya energi membuat semua terasa ringan. Dengan energi, gampang saja si Edo misalnya, menghajar serombongan preman yang mengusili pacarnya, Dewi. Konon cinta bisa membuat si penakut menjadi pemberani. Dengan energi pula puasa ramadhan terasa begitu indah, meskipun sebulan penuh kita diperintahkan untuk tidak makan dan minum dari terbit hingga terbenam matahari.

Kendali, itu kuncinya

Energi itu akan di dihasilkan oleh reaktor hati, pembedanya adalah faktor pengendali. PLTN adalah sebuah tempat berlangsungnya reaksi nuklir yang terkendali, sehingga energi yang dilepaskan dapat menjadi komponen yang berfungsi untuk manusia. Itu energi positif.

Jika reaksi nuklir tidak terkendali, bayangkanlah ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang menewaskan ratusan ribu manusia dan menimbulkan kerugian yang luar biasa. Itu energi negatif.

Karena reaktor tersebut adalah hati, maka semua manusia pasti memilikinya. Positif atau negatif tergantung pada pengendalian manusia tersebut terhadap hati yang dimiliki. Seperti sabda rasulullah SAW :

“Inna fii jasadi mudhghotan Idza sholuhat sholuhal jasadu kulluhu. Waidza fasadat fasadal jasadu kulluhu. Alaa wahiyal qolbu.”

Sesungguhnya dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruhnya. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruhnya. Ingatlah bahwa ia adalah hati. (HR Bukhari Muslim).

Cinta Negatif, Apaan tuh?!

Adalah cinta yang dialirkan dari energi tak terkendali. Ini nich, cinta yang merusak. Terlahir dari syubhat dah syahwat. Ngakunya moderat, padahal kuno berat. Bagaimana tidak kuno, cinta yang lahir dari syahwat mulai ada sejak jaman bauhela, bagaimana mungkin orang yang tidak pacaran disebut sebagai ‘ketinggalan jaman?’

Cinta negatif kini telah membanjiri pasaran, menebar kemadhorotan. Remaja gelagapan dan tidak tahu jalan, akhirnya ikut-ikutan. Pacaran, free sex, kumpul kebo, selingkuh… mendadak jadi tren. Secara normatif, semua perempuan tidak mau melihat lelaki yang dicintai ngabuburit dengan perempuan lain. Namun anehnya, ia malah berdandan seseksi mungkin agar lelaki lain tertarik padanya.

Mana bisa kesetiaan dipertahankan jika syahwat dikedepankan?

Mau tahu korban dari cinta negatif? Kerusakan moral. Yap! Survey di Yogyakarta menyebutkan 97,05% mahasiswa di Yogya tidak perawan, Survey itu dilakukan kepada 1660 responden dan hanya 3 orang yang mengaku belum melakukan aktivitas seks termasuk masturbasi! Astaghfirullah. Terlepas dari pro dan kontra tentang kashahihan hasil survey itu, jelas… data yang tercatat menunjukan sebuah ketakutan yang luar biasa bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke Yogya.

Cinta negatif telah menjelma menjadi teroris! Bukan hanya cinta yang mengeksploitasi seks, juga cinta kepada tahta dan harta yang membuat manusia berubah menjadi serigala yang sanggup tertawa-tawa ketika mengunyah bangkai rekan sendiri.

Menggapai Cinta Positif

Cinta positif adalah cinta yang frame-nya adalah cinta karena Allah. Cinta kepada Allah sebagai cinta yang hakiki, sedang cinta kepada selain Allah dilaksanakan dalam rangka ketaatan kepada Allah. Jika diatas disebutkan bahwa kata kuncinya adalah ‘kendali hati’, maka jelas, untuk menggapai cinta positif, hati harus pertama kali ditundukan. Jika hati telah ditundukkan maka akan bisa kita kendalikan. Jika hati terkendali, yakin deh, seluruh jasad dan akal kita pun mampu selaras dengan sang panglimanya tersebut.

Bahasa Pena?

Jika cinta adalah energi, maka yang terlahir dari cinta adalah produktivitas. Pena hanya salah satu dari banyak pilihan, tergantung pada potensi masing-masing. Saya memilih pena karena profesi saya adalah seorang penulis. Karena bingkai kecintaan itu adalah cinta kepada Allah, maka saya akan menjadikan tarian pena saya sebagai ekspresi kecintaan kepada Allah. Serupa tapi tak sama akan dialami oleh teman-teman yang mahir dibidang lain, memasak, memprogram komputer dan sebagainya. Bukti cinta itu adalah produktivitas. So, jika kita tidak produktif, berarti tidak ada energi yang menggerakan, yang ujung-ujungnya, kamu tidak punya cinta. Kasiaaan deh Luuu.

Ada apa dengan cinta? Jawabnya : ada energi. Muaranya, produktivitas, optimalisasi potensi. Tentu saja yang kita usahakan adalah cinta positif, sehingga produktivitas yang tercetak adalah produktivitas yang positif pula.
Baca Selengkapnya...

"Agen Dakwah"

Suatu hari, saya pergi ke rumah seorang teman untuk suatu keperluan. Di rumah teman saya ini saya menemukan kedamaian dan ketenangan. Saya perhatikan apa yang ada. Di dalamnya tidak ada sesuatu yang berharga atau indah yang membuat mata ini ingin terus memandang. Tetapi dalam kesederhanaannya, saya merasa mendapatkan suatu nasihat. Padahal sang teman ini tidak sedikitpun menasihati saya. Tetapi ia sudah berdakwah pada saya tanpa disadarinya.

Sebagai seorang muslim, kita sering tidak menyadari bahwa sebenarnya kita adalah agen-agen dakwah yang sangat potensial. Tanpa berbicara pun, keagungan akhlak Islam yang melekat pada diri seorang muslim, telah menjadi dakwah tersendiri bagi orang lain. Pendahulu-pendahulu Islam sudah membuktikannya.

Dalam Perang Shiffin, Khalifah Ali bin Abi Thalib kehilangan baju besinya, kemudian ia melihat baju besi itu di tangan seorang Yahudi. Khalifah Ali mengatakan pada orang Yahudi tersebut bahwa baju besi itu miliknya tetapi Yahudi itu mengatakan bahwa ia sudah memiliki baju besi tersebut sebelum Perang Shiffin meletus. Perkara itu kemudian disampaikan ke pengadilan. Hakim negara Syuraih mengadili perkara ini. Oleh Hakim Syuraih, Khalifah Ali disuruh mengajukan saksi bukan dari kalangan keluarga tetapi Khalifah Ali tidak bisa mengajukannya. Orang Yahudi itu pun kemudian menang perkara karena Khalifah Ali tidak bisa mengajukan saksi.

Sebenarnya Hakim Syuraih yakin bahwa baju besi itu milik Khalifah Ali tetapi ia menjalankan hukum dengan sebaik-baiknya. Khalifah Ali pun tidak menggunakan kekuasaannya untuk memenangkan perkara. Hal ini membuat orang Yahudi itu takjub akan keadilan Islam. Kemudian orang Yahudi itu pun masuk Islam.

Pada suatu ceramahnya, seorang ustadz pernah mengingatkan bahwa dahulu moral-moral seperti ketepatan waktu, rasa malu, amanah, dan lain sebagainya, adalah primadona Islam, tetapi kini hal tersebut tidak lagi dipegang oleh ummat Islam. Karena itu mari kita benahi diri kita karena sesungguhnya kitalah aset potensial bagi dakwah Islam.
Baca Selengkapnya...

7 Ciri 'Sok Tahu'

'Sok tahu' pada dasarnya adalah "merasa sudah cukup berpengetahuan" padahal sebenarnya kurang tahu. Masalahnya, orang yang sok tahu biasanya tidak menyadarinya. Lantas, bagaimana kita tahu bahwa kita 'sok tahu'? Mari kita mengambil hikmah dari Al-Qur'an. Ada beberapa ciri 'sok tahu' yang bisa kita dapatkan bila kita menggunakan perspektif surat al-'Alaq.


1. Enggan Membaca

Ketika disuruh malaikat Jibril, "Bacalah!", Rasulullah Saw. menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Lalu malaikat Jibril menyampaikan lima ayat pertama yang memotivasi beliau untuk optimis. Adapun orang yang 'sok tahu' pesimis akan kemampuannya. Sebelum berusaha semaksimal mungkin, ia lebih dulu berdalih, "Ngapain baca-baca teori. Mahamin aja sulitnya minta ampun. Yang penting prakteknya 'kan?" Padahal, Allah pencipta kita itu Maha Pemurah. Ia mengajarkan kepada kita apa saja yang tidak kita ketahui.

Disisi lain, ada pula orang Islam yang terlalu optimis dengan pengetahuannya, sehingga enggan memperdalam. Katanya, misalnya, "Ngapain baca-baca Qur'an lagi. Toh udah khatam 7 kali. Mending buat kegiatan lain aja." Padahal, Al-Qur'an adalah sumber dari segala sumber ilmu, sumber 'cahaya' yang tiada habis-habisnya menerangi kehidupan dunia. Katanya, misalnya lagi, "Ngapain belajar ilmu agama lagi, toh sejak SD hingga tamat kuliah udah diajarin terus." Padahal, 'ilmu agama' adalah ilmu kehidupan dunia-akhirat.

 
2. Enggan Menulis

Orang yang sok tahu terlalu mengandalkan kemampuannya dalam mengingat-ingat dan menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya. Ia enggan mencatat. "Ngerepotin," katanya. Seolah-olah, otaknya adalah almari baja yang isinya takkan hilang. Padahal, sifat lupa merupakan bagian dari ciri manusia. Orang yang sok tahu enggan mencatat setiap membaca, menyimak khutbah, kuliah, ceramah, dan sebagainya. Padahal, Allah telah mengajarkan penggunaan pena kepada manusia.

Di sisi lain, ada pula orang yang kurang mampu menghafal dan mengingat-ingat pengetahuan yang diperolehnya, tapi ia merasa terlalu bodoh untuk mampu menulis. "Susah," katanya. Padahal, merasa terlalu bodoh itu jangan-jangan pertanda kemalasan. Emang sih, kalo nulis buat orang lain, kita perlu ketrampilan tersendiri. Tapi, bila nulis buat diri sendiri, bukankah kita gak bakal kesulitan nulis 'sesuka hati'? Apa susahnya nulis di buku harian, misalnya, "Tentang ciri sok tahu, lihat al-'Alaq!"?

3. Membanggakan Keluasan Pengetahuan

Orang yang sok tahu membanggakan kepintarannya dengan memamerkan betapa ia banyak membaca, banyak menulis, banyak mendengar, banyak berceramah, dan sebagainya tanpa menyadari bahwa pengetahuan yang ia peroleh itu semuanya berasal dari Allah. Ia mengira, prestasi yang berupa luasnya pengetahuannya ia peroleh berkat kerja kerasnya saja. Padahal, terwujudnya pengetahuan itu pun semuanya atas kehendak-Allah.

Mungkin ia suka meminjam atau membeli buku sebanyak-banyaknya, tetapi membacanya hanya sepintas lalu atau malah hanya memajangnya. Ia merasa punya cukup banyak wawasan tentang banyak hal. Ia tidak merasa terdorong untuk menjadi ahli di bidang tertentu. Kalau ia menjadi muballigh 'tukang fatwa', semua pertanyaan ia jawab sendiri langsung walau di luar keahliannya. Ia mungkin bisa menulis atau berbicara sebanyak-banyaknya di banyak bidang, tetapi kurang memperhitungkan kualitasnya.

4. Merendahkan Orang Lain Yang Tidak Sepaham

Bagi orang Islam yang sok tahu, siapa saja yang bertentangan dengan pendapatnya, segera saja ia menuduh mereka telah melakukan bid'ah, sesat, meremehkan agama, dan sebagainya. Bahkan, misalnya, sampai-sampai ia melarang orang-orang lain melakukan amal yang caranya lain walau mereka punya dalil tersendiri. Ia menjadikan dirinya sebagai "Yang Maha Tahu", terlalu yakin bahwa pasti pandangan dirinyalah satu-satunya yang benar, sedangkan pandangan yang lain pasti salah. Padahal, Allah Swt berfirman: "Janganlah kamu menganggap diri kamu suci; Dia lebih tahu siapa yang memelihara diri dari kejahatan." (an-Najm [53]: 32)

Muslim yang sok tahu cenderung menganggap kesalahan kecil sebagai dosa besar dan menjadikan dosa itu identik dengan kesesatan dan kekafiran! Lalu atas dasar itu dengan gampangnya ia mengeluarkan 'vonis hukuman mati'. Padahal, dalam sebuah hadits shahih dari Usamah bin Zaid dikabarkan, "Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah, maka ia telah Islam dan terpelihara jiwa dan hartanya. Andaikan ia mengucapkannya lantaran takut atau hendak berlindung dari tajamnya pedang, maka hak perhitungannya ada pada Allah. Sedang bagi kita cukuplah dengan yang lahiriah."

5. Menutup Telinga dan Membuang Muka Bila Mendengar Pendapat Lain

Orang yang sok tahu tidak memberi peluang untuk berdiskusi dengan orang lain. Kalau toh ia memasuki forum diskusi di suatu situs, misalnya, ia melakukannya bukan untuk mempertimbangkan pendapat yang berbeda dengan pandangan yang selama ini ia anut, melainkan untuk mengumandangkan pendapatnya sendiri. Ia hanya melihat selayang pandang gagasan orang-orang lain, lalu menyerang mereka bila berlainan dengannya. Ia tidak mau tahu bagaimana mereka berhujjah (berargumentasi).

Di samping itu, orang yang sok tahu itu bersikap fanatik pada pendapat golongannya sendiri. Seolah-olah ia berseru, "Adalah hak kami untuk berbicara dan adalah kewajiban kalian untuk mendengarkan. Hak kami menetapkan, kewajiban kalian mengikuti kami. Pendapat kami semuanya benar, pendapat kalian banyak salahnya." Orang yang terlalu fanatik itu tidak mengakui jalan tengah. Ia menyalahgunakan aksioma, "Yang haq adalah haq, yang bathil adalah bathil."

6. Suka Menyatakan Pendapat Tanpa Dasar Yang Kuat

Muslim yang sok tahu gemar menyampaikan pendapatnya dengan mengatasnamakan Islam tanpa memeriksa kuat-lemahnya dasar-dasarnya. Ia suka berkata, "Menurut Islam begini.... Islam sudah jelas melarang begitu...." dan sebagainya, padahal yang ia ucapkan sesungguhnya hanyalah, "Menurut saya begini.... Saya melarang keras engkau begitu...." dan seterusnya. Kalau toh ia berkata, "Menurut saya bla bla bla....", ia hanya mengemukakan opini pribadinya belaka tanpa disertai dalil yang kuat, baik dalil naqli maupun aqli.

7. Suka Berdebat Kusir

Jika pendapatnya dikritik orang lain, orang yang sok tahu itu berusaha keras mempertahankan pandangannya dan balas menyerang balik pengkritiknya. Ia enggan mencari celah-celah kelemahan di dalam pendapatnya sendiri ataupun sisi-sisi kelebihan lawan diskusinya. Sebaliknya, ia tekun mencari-cari kekurangan lawan debatnya dan menonjol-nonjolkan kekuatan pendapatnya. Dengan kata lain, setiap berdiskusi ia bertujuan memenangkan perdebatan, bukan mencari kebenaran.

Demikianlah beberapa ciri orang yang sok tahu menurut surat al-'Alaq dalam pemahamanku. Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, semoga kita masing-masing dapat melakukan introspeksi dan memperbaiki diri sehingga kita tidak menjadi orang yang sok tahu.
Baca Selengkapnya...

Sabtu, 15 Mei 2010

KEUTAMAAN MEMBACA AL QUR’AN



1. Al Qur’an adalah Kalamullah

a. Kitab yang Mubarak (diberkahi) QS. 6 : 92

b. Menunun kepada jalan yang lurus Qs. 17 : 9

c. Tidak ada sedikitpun kebatilan di dalamnya QS. 41: 42


2. Membaca Al Qur’an adalah sebaik-baik amal perbuatan.


Rasulullah bersabda : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan AL Qur’an” HR Al Bukhariy dari Utsman bin Affan.

3. Al Qur’an akan menjadi syafi’ penolong di hari kiamat.

Rasulullah bersabda : Bacalah Al Qur’an sesungguhnya ia akan menjadi penolong pembacanya di hari kiamat “ HR Muslim dari Abu Umamah.

4. Beserta para malaikat yang mulia di hari kiamat.

Sabda Nabi : “Orang yang membaca Al Qur’an dan dia lancar membacanya akan bersama para malaikat yang mulia dan baik. Dan orang yang membaca Al Qur’an dengan terbata-bata, ia mendapatkan dua pahala “ Muttafaq alaih dari Aisyah ra.

5. Aroma orang beriman.

Sabda Nabi : “Perumpamaan orang beriman yang membaca Al Qur’an adalah bagaikan buah utrujah, oromanya harum dan rasanya nikmat…..”

6. Penyebab terangkatnya kaum. Sabda Nabi :

“Sesungguhnya Allah akan mengangkat suatu kaum dengan kitab ini dan akan menjatuhkannya dengan kitab ini pula” HR Muslim dari Umar bin Khatthab.

7. Turunnya rahmah dan sakinah.

Sabda Nabi : “Tidak ada satu kaum yang mereka sedang berdzikir kepada Allah, kecuali para malaikat akan mengitarinya, dan rahmat Allah akan tercurah kepadanya, dan sakinah (kedamaian) akan turun di atasnya, dan Allah akan sebutkan mereka pada malaikat yang ada di sisi-Nya. HR. At Tirmidziy dan Ibn Majah dari Abu Hurairah dan Abu Said.

8. Memperoleh kebajikan yang berlipat ganda.

Dari Ibnu Mas’ud ra berkata : Rasulullah SAW bersabda:”Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka ia akan memperoleh satu hasanah (kebajikan). Dan satu hasanah akan dilipat gandakan menjadi sepuluh, saya tidak katakan alif lam mim satu huruf, akan tetapi ali satu hurf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. HR At Tirmidziy

9. Bukti hati yang terjaga/melek.

Dari Ibn Abbas ra berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya orang yang di hatinya tidak ada sesuatupun dari Al Qur’an, maka ia bagaikan rumah kosong. HR At Tirmidziy.
Baca Selengkapnya...

YANG BERJATUHAN DI JALAN DA'WAH

I. PENDAHULUAN


Da'wah merupakan perjalanan panjang yang penuh dengan duri dan rintangan. Kemenangan da'wah akan diperoleh apabila para anggota-anggotanya komitmen dan teguh dalam menapaki jalan da'wah.

Sudah menjadi sunnatullah bahwa akan ada anggota da'wah yang berjatuhan, baik bentuknya penyelewengan, penyimpangan, pengunduran diri dan sebagainya, sebelum meraih kemenangan. Fenomena ini tidak bisa dihindari, sehingga ada sebagian orang memandang hal ini sebagai suatu fenomena yang wajar / sehat guna memperbaharui sel-sel intinya, dan membebaskan da'wah dari segala hal yang memberatkan dan menghambat pergerakan.


II. FENOMENA YANG BERJATUHAN DI ZAMAN NABI

Pada zaman Rasulullah saw, sudah terjadi fenomena pembelotan para anggota jama’ah untuk melepaskan tanggung jawab ataupun sekedar bermalas-malasan dalam berda’wah. Beberapa peristiwa berjatuhan di jalan da'wah yang sempat terjadi adalah:

a. Kelompok mutakhollifin (orang-orang yang tidak berangkat) pada perang Uhud, diantaranya: Ka’ab bin Malik, Muroroh Ibnu ‘Ar-Rabi’ dan Hilal bin Umayyah. Namun mereka bertiga ini kemudian diterima taubatnya oleh Allah swt, dan penerimaan taubat mereka diabadikan di dalam Al Qur’an dalam surat al Bara-ah, dan karena pertaubatan besar inilah surat ini juga dinamakan surat at-Taubah.

b. Pembocoran rahasia negara oleh Hathib bin Abi Balta’ah. Namun mengingat kebaikan masa lalunya, yaitu keikut sertaannya dalam perang Badar yang merupakan yaumul furqan, Rasulullah saw mengampuni dan tidak menghukumnya.

c. Haditsul Ifki (berita kebohongan besar) terhadap Ummul Mukminin ‘Aisyah ra. Diantara orang-orang yang terlibat dalam penyebaran berita ini, ada tiga sahabat nabi, mereka telah mendapatkan hukuman had, yaitu masing-masing di dera 80 kali, dan setelah itu merekapun bertaubat. Mereka itu adalah: Hassan bin Tsabit, Hamnah binti Jahsy dan Misthah bin Utsatsah.

d. Pengkhianatan Abu Lubabah yang membocorkan rahasia hukum yang akan diterapkan kepada orang-orang Yahudi Bani Quraizhah. Dia telah menyatakan taubat kepada Allah swt dan Rasul-Nya, dan Allah swt-pun telah menerima taubatnya.

e. Peristiwa berdirinya masjid dhirar.

III. SEBAB-SEBAB BERJATUHAN

a. Sebab-sebab yang berhubungan dengan pergerakan

1. Lemahnya segi pendidikan.

2. Tidak menempatkan personal dalam posisi yang tepat.

3. Distribusi penugasan yang tidak merata pada setiap individu.

4. Tidak adanya monitoring personal secara baik.

5. Tidak menyelesaikan berbagai urusan dengan cepat.

6. Konflik intern. Konflik intern ini disebabkan oleh:

- Lemahnya kepemimpinan.

- Adanya tangan tersembunyi dan kekuatan luar yang sengaja menyebar fitnah.

- Perbedaan watak dan kecenderungan individu.

- Persaingan dalam memperebutkan kedudukan.

- Tidak adanya komitmen dan penonjolan tingkah laku individu.

- Kevakuman aktifitas dan produktifitas.

Dalam sejarah, konflik yang pernah terjadi antar ummat Islam adalah pada peristiwa konflik golongan Aus dan Khazraj. Dalangnya (provokatornya) adalah orang-orang Yahudi, yaitu Syammas bin Qais. Atas prakarsa Rasulullah saw maka golongan Aus dan Khazraj bersatu kembali. Hal tersebut terbukti dengan turunnya QS Ali Imran: 100 – 105.

7. Kepemimpinan yang tidak ahli dan qualified. Sebabnya antara lain:

- Kelemahan dalam kemampuan idiologi.

- Kelemahan dalam kemampuan organisatoris.

Oleh karena itu, seorang pemimpin yang diangkat haruslah memiliki syarat:

- Mengenal da'wah.

- Mengenal diri sendiri.

- Pengayoman yang kontinyu.

- Teladan yang baik.

- Pandangan yang tajam.

- Kemauan yang kuat.

- Kharisma kepribadian yang fitri.

- Optimisme.

b. Sebab-sebab yang berhubungan dengan individu

Yaitu berjatuhannya anggota disebabkan oleh atau bersumber pada pribadi anggota.

Yang termasuk dalam hal ini adalah:

1. Watak yang tidak disiplin, sehingga menyebabkan dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan organisasi / jama’ah.

2. Takut terancamnya diri dan periuk nasinya (QS 4 : 120, QS 3 : 175).

Tersebut dalam hadits:


حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ (رواه أحمد ومسلم والترمذي).


“Syurga dipagari dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, dan neraka dikelilingi oleh segala hal yang menyenangkan”. (HR Ahmad, Muslim dan At-Tirmidzi).

3. Sikap ekstrim dan berlebih-lebihan.

Tersebut dalam hadits:

“Hendaklah kamu menjauhi sikap ekstrim dalam agama. Sesungguhnya orang yang sebelum kamu binasa karena ekstrim dalam beragama”. (HR Ahmad dan An-Nasai).

4. Sikap terlalu memudah-mudahkan dan meremehkan.

Tersebut dalam hadits:

“Sesungguhnya kamu melakukan pekerjaan-pekerjaan dosa menurut pandangan mata kamu lebih halus dari rambut. Di masa Rasulullah saw, kami menggolongkan perbuatan itu termasuk al muubiqoot (hal-hal yang menghancurkan)”. (HR Bukhari).

5. Tertipu kondisi gemar menampilkan diri (QS 28 : 83).

6. Kecemburuan terhadap orang lain / kedengkian. (QS 5 : 27 – 30).

7. Bencana senajata / penggunaan kekuatan.

Syarat-syarat penggunaan kekuatan:

- Habis segala usaha dengan jalan lain.

- Urusannya dipegang oleh pimpinan dan jama’ah Islam dan bukan oleh individu.

- Tidak menjurus pada pengrusakan dan bencana.

- Tidak boleh keluar dari ketentuan syara’.

- Penggunaan kekuatan sesuai skala prioritas.

- Penggunaan senjata harus mempunyai persiapan yang matang dan cermat.

- Hati-hati akan pancingan berbagai reaksi.

- Tidak boleh menjerumuskan ummat Islam bila posisi kekuatan tidak seimbang.

c. Tekanan Luar

1. Tekanan dari suatu cobaan (QS 3 : 175).

2. Tekanan keluarga dan kerabat (QS 9 : 24).

3. Tekanan Lingkungan.

4. Tekanan gerakan agitasi (penyebaran kritik dan keragu-raguan).

5. Tekanan figuritas (QS 7 : 12).
Baca Selengkapnya...

BERBAGAI FAKTOR PENGHANCUR

Para pendahulu kita merasa kasihan kepada ahlul fitnah, lalu memperingatkan mereka dari bahaya buruk yang akan menimpa mereka. Hudzaifah bin al-Yaman berkata:
“Jauhilah berbagai fitnah. Janganlah sampai ada orang yang terlibat didalamnya. Demi 4wi pasti akan dihancurkanya, seperti banjir yang menghancurkan tanah humus”.
Qatadah bin Da’amah, seorang tokoh tabi’in, menggambarkan kepada kita pengalaman fitnah yang pernah disaksikanya. Ia menggambarkan berbagai akibatnya:
“Demi 4wi, saya sudah menyaksikan beberapa kelompok orang yang senang dan bersegera kepada fitnah. Sebagian orang menahan diri darinya karena takut kepada 4wi swt. Bila fitnah itu telah berlalu, maka terlihatlah bahwa orang-orang yang menahan diri itu menjadi lebih bersih jiwanya, lebih sejuk hatinya, dan lebih mudah berbuat baik dari pada orang-orang yang bersegera kepada fitnah. Amal perbuatan mereka menjadi kebencian bagi hati mereka setiap kali mereka menyebutnya. Demi 4wi, sekiranya manusia mengetahui bahaya ketika fitnah datang sebagaimana pengetahuan mereka ketika fitnah berlalu, niscaya kebanyakan generasi akan dapat memahaminya dengan pikiran yang jernih dan lurus ”

Demi Alloh, kita sudah menyaksikan apa yang pernah disaksikan oleh Qatadah. Kita sudah menyaksikan sebagian orang yang terlibat dalam fitnah, lalu hati mereka serasa teriris dan tubuh mereka serasa hancur, setiap kali mereka mengingat kemuliaan yang pernah mereka nikmati dan akibat yang terjadi setelah fitnah itu.
Tidak ada yang bisa selamat dari fitnah kecuali pemimpin yang memiliki akhlaq kepemimpinan, yang penyabar dan suka bertobat. Karena bisa jadi ia tertipu oleh hiasan tipu daya yang dibuat oleh para pembuat fitnah. Akan tetapi ia cepat kembali kepada kesadaran dan kebenaran. Ia adalah salah satu dari tiga orang disebutkan oleh Qatadah, ketika ia berkata:
“Sesungguhnya fitnah itu diperberat dengan tiga orang. Pertama: Oleh jago pedang yang akan menebas leher semua yang bangkit dan menentang pihaknya, kedua: oleh orator ulung (ahli pidato) yang menyeru kepada fitnah itu, dan yang ketiga oleh orang alim. Adapun jago pedang dan orator, maka fitnah itu akan membuat keduanya terkapar karena diri mereka sendiri. Sedangkan orang alim, maka fitnah itu terus melacaknya sehingga terlihat apa-apa yang sebenarnya ada dihatinya”.
Jago pedang tidak akan punya harapan untuk selamat. Ahli pidato sama juga dengan ahli pedang, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, bahwa lidahnya adalah pedangnya.

Kecuali ulama, karena fitnah itu adalah ujian baginya. Jika sifat kepemimpinanya yang dominan, maka ia akan selamat, akan tetapi bila sedikit, maka bisa jadi ia akan tersadar pada awal fitnah dan kadangkala ketika fitnah itu berlangsung, dan kadangkala ia tersadar ketika fitnah akan berakhir, sesuai dengan kadar ketinggian pribadinya dan kedalaman ilmunya.
“Sesungguhnya apabila bencana fitnah sudah dating menjelang, maka ia akan dapat diketahui oleh setiap orang yang berilmu, sedangkan apabila ia sudah berakhir, maka ia akan diketahui oleh semua orang jahil”, sebagaimana dikatakan oleh Hasan al Bashri, pembesar para tabi’in. Apa bila seseorang itu sudah sempurna maka ia akan dapat melihat kedatangan fitnah dan akibat-akibat yang akan dibawanya, seakan-akan ia telah merobek tabir gaib. Akan tetapi ia akan terlambat mengetahui akibat bahayanya apabila ilmunya lebih sedikit. Apabila bencana fitnah itu sudah berakhir, maka semua orang dapat menyaksikanya , karena ia sudah dapat dilihat dengan mata telanjang bukan dengan mata hati, bahkan ia juga dapat dilihat oleh yang tidak berilmu sekalipun. Pada kondisi seperti ini, tidak ada hal yang dapat menyelamatkannya kecuali tobat nasuha yang sungguh-sungguh, yang menjauhkan diri dari fitnah yang akan dating pada masa berikutnya. Setiap orang harus membekali diri dengan ilmu dan taqwa, dengan dalil yang jelas dalam menapaki jalan yang lurus, lalu berjala seseuai sistem, perencanaan dan tata kehidupan Jama’ah.
Baca Selengkapnya...

Sepuluh Wasiat Hassan Al-Banna

1. Bergegaslah menunaikan shalat ketika mendengar adzan, walau dalam kondisi bagaimanapun !




2. Bacalah Al-qur'an, lakukan pengkajian, dengarkan dan berdzikir kepada Allah, jangan gunakan waktumu untuk hal-hal yang tidak berguna !




3. Berusahalah sekuat tenaga untuk berbicara dengan bahasa Arab yang fasih, sebab itu merupakan syi'ar Islam !




4. Jangan memperbanyak perdebatan dalam urusan apapun, sebab perdebatan tidak mendatangkan kebaikan !




5. Jangan banyak tertawa, sebab hati yang berhubungan dengan Allah itu harus senantiasa tenang dan berwibawa !




6. Jangan banyak bergurau, sebab ummat yamg berjuang tidak mengenal kecuali keseriusan !




7. Jangan berbicara terlalu keras, sebab itu akan mengganggu dan menyakitkan !




8. Jangan menggunjing orang lain, jangan menghina lembaga Islam dan jangan membicarakan kecuali yang baik-baik !




9. Perkenlkanlah dirimu pada saudara yang kau ketemui, walaupun ia tidak memintanya, sebab asas dakwah kita adalah kecintaan dan saling mengenal !




10. Kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Maka, pergunakanlah sebaik-baiknya ! Baca Selengkapnya...

Kamis, 13 Mei 2010

Kuatkan Hati Kami Ya Rabb

"Ya Alloh, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan kecintaan kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam dakwah-Mu, dan berjanji setia untuk membela syari'at-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, Ya Alloh, kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya... dan penuhilah ia dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma'rifah-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong"..amin..
Baca Selengkapnya...

Tanggerang Masjid Al-Adzhom

Alhamdulillah tertanggal 13 Mei 2010, telah dibentuk struktur kepengurusan KURMA. Semoga kedepannya KURMA bisa lebih semangat untuk tetap berada pada jalan kebaikan dan ukhuwah diantara kita tetap terjaga. Dan mengucapkan syukron jazakumullahu khairi katsiran atas kehadirannya pada hari ini. Keep Hamasah dan mari bersama Gapai Ridho Illahi.
Baca Selengkapnya...

Copyright © 2009-
Keluarga Alumni AL-Faruq 2005