Senin, 04 April 2011

Murotal Muhammad Taha al-Junayd Juz 30

Seiring manusia melafazkan kalimat illahi seiring juga nafas kita menuntun kejalan-Nya
sebaik-baik manusia adalah yang terus menjaga kalimah ini hingga Yaumil Akhir.




Silahkan download Murotalnya Disini :
Muhammad Taha al-Junayd Juz 30


Baca Selengkapnya...

Rabu, 20 Oktober 2010

(Wahai Wanita Muslimah...) Jangan Takut Untuk Berjilbab Part:1

Takut? Emangnya uji nyali? Nggak cuma uji nyali aja yang bisa bikin orang takut, berjilbab pun ternyata masih banyak yang pada takut. Mulai dari takut dicemooh, takut nggak bisa bebas beraktivitas, takut gerah, takut sulit dapat pekerjaan hingga takut nggak dapat jodoh. Wasyah!

Padahal kalo dipikir-pikir, jilbab adalah suatu gaya berpakaian yang lagi tren saat ini, lho. Emang sih beberapa tahun yang lalu, jarang banget kita nemuin cewek berjilbab. Tapi saat ini hampir di setiap sudut meja, eh, kota banyak muslimah yang sudah mulai sadar untuk berjilbab. Di sekolah-sekolah baik yang berbasis Islam atau pun umum, perguruan tinggi negeri dan swasta, tempat-tempat kursus hingga di pasar, mal, dan pabrik-pabrik, jilbab mulai marak. Bahkan di perkantoran yang dulunya jarang banget didapati busana muslimah ini, kini hampir di setiap kantor bisa dijumpai wanita muslimah yang berjilbab. Tuh kan, keren nggak sih?

Tapi ternyata di balik hingar-bingar cewek berjilbab, itu belum semuanya mau mengenakannya, sobat. Why? Karena banyak di antara mereka yang meskipun mengaku Islam, tapi masih juga enggan untuk berjilbab. Banyak sih alasan klise yang bakal dijadikan senjata andalan. Mulai dari pendapat yang bilang kalo jilbab tuh busana yang nggak gaul, ribet, dan bawaannya gerah mulu, hingga yang paling sering muncul nih, nggak siap. Nggak siap? Wah, macam mana pula ini?
Bahkan ada juga yang mau pake jilbab asal dengan syarat dibeliin mobil sedan keluaran terbaru. Walah! Eh tapi ini beneran ada lho.

Tapi jangan salah, kita kudu bersyukur juga, karena ternyata masih ada sodara kita yang sudah niat hati sih pingin berjilbab tapi apa daya nggak boleh sama ortu. Dengan alasan kayak anak udik-lah, entar sulit dapat kerjaan-lah, lama dapat jodohnya de el el. Ortu punya kuasa untuk melarang anaknya berjilbab. Gimana nggak, kalo larangan itu disertai ancaman bakal distop uang SPP dan uang saku, bahkan mungkin juga distop nggak boleh aktif di rohis (tempat dia sadar tentang wajibnya jilbab). Lalu gimana dong cara untuk meyakinkan ortu agar dibolehin pake jilbab?

Jalin komunikasi yang baik
Kalo ortumu adalah orang awam yang belum ngeh terhadap ajaran Islam, jangan ngambek dulu ketika ortu ngelarangmu untuk berjilbab. Namanya juga belum tahu Neng.

Nah, kalo persoalannya karena ortumu belum ngeh dengan Islam, maka seperti kata pepatah, tak kenal maka ta'aruf alias kenalan dulu. Kenali Islam dan aturannya. Tugas kamulah menyampaikan ini dan itu tentang ajaran Islam, khususnya tentang jilbab kepada ortumu. Siap kan? Harus dong ya.

Sebab, kamu udah diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan di sekolah dan mendapat berbagai ilmu, termasuk tentang wajibnya jilbab. Itu sebabnya, saatnya kamu yang memahamkan ortu tentang masalah ini. Jangan karena nggak boleh berjilbab, terus kamu antipati sama ortu dan dendam lagi. Nggak baik itu, Non.

Sobat muda muslim, ortu melarang pasti ada alasannya dong. Nggak ujug-ujug marah bin nepsong begitu. Jadi, komunikasikan dulu sama ortu. Bila perlu, dan kayaknya sih perlu banget, tanyakan alasan beliau ngelarang kamu berjilbab. Hehehe.. sekadar kamu tahu aja dan coba nyocokkin dengan fakta di lapangan, biasanya sih alasan ortu melarang kita-kita berjilbab yang paling sering muncul adalah ketakutan. Takut kalo kamu sebagai anak perempuannya nanti sulit dapat kerjaan. Pikir mereka, udah disekolahkan mahal-mahal cuma mau jadi Bu Nyai , begitu seringnya anggapan mereka terhadap jilbab.

Ketakutan yang kedua, khawatir anaknya sulit dapat jodoh karena terhalang oleh jilbabnya. Ketiga, ortu malu punya anak berjilbab karena kebetulan pengalaman ortumu nemuin anak berjilbab tuh malu-maluin. Duileee.. sampe segitunya ya? Hehehe

Kalo alasan pelarangan jilbab sudah diketahui kayak gini, sekarang kewajiban kamu untuk memahamkan ortumu. Bisa dicoba dengan ngejelasin tentang konsep rizki berkaitan dengan pekerjaan, atau pun jodoh yang memang itu semuanya tak ada kaitannya dengan berjilbab or nggaknya seseorang. Sebab, banyak juga tuh mereka yang nggak berjilbab dan berpakaian mini yang keluar masuk kantor melamar kerjaan tapi nggak dapat-dapat (kasihan banget kan?). Sebaliknya banyak juga tuh yang berjilbab karena kemampuan dan prestasinya malah bisa jadi dosen, guru, dokter, insiyur, wartawan, penulis, ahli kimia dll. Jadi, tulalit banget kalo ngata-ngatain bahwa jilbab penghambat dapat kerjaan. egitu juga dengan jodoh. Berapa banyak wanita-wanita seksi yang masih melajang di usia tua padahal mereka tidak berjilbab. Sebaliknya banyak juga muslimah berjilbab yang masih muda usia justru udah mendapatkan jodoh karena ketaatannya pada hukum Allah. Tolong yakinkan ortumu dengan janji Allah bahwa wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, begitu sebaliknya. Sehingga tak ada alasan lagi bagi ortumu untuk melarang berjilbab bila mereka sudah paham. Oya, jelaskan juga bahwa jilbab adalah kewajiban bagi wanita muslimah yang nilainya seperti wajibnya sholat. Catet itu. Bila perlu ditebelin dan digaris bawah biar inget.

Kalo ada yang reseh?
Mau berbuat baik itu memang nggak mudah, sobat. Pasti ada aja suara-suara miring ketika kamu pertama kali berjilbab. Ada yang nganggep kamu sok alim, nggak modern, primitif, iseng manggil dengan gelar Bu Haji , atau bahkan yang parah adalah mengucilkan kamu dari pergaulan. Terus gimana dong?

Kalo persoalannya mereka yang reseh, berarti masih ada celah untuk menasihati, maka jangan ragu untuk ngasih nasihat kepada mereka. Katakan bahwa dengan berjilbab, akan memperjelas posisi seorang wanita. Kamu bisa jelasin bahwa dengan berjilbab, seorang cewek tuh nggak hanya dinilai dari fisiknya semata (emang pelajaran olahraga pake acara penilaian fisik?), tapi cewek tuh juga punya kemampuan lain yang lebih layak dinilai. Kemampuan otaknya, prestasi belajarnya, keahlian di bidang yang ditekuninya, dan keterampilan dalam bidang yang lain juga yang nggak melulu cuma pamer fisik. Selain tentunya memiliki akhlak yang baik juga dong. Oya, kamu bisa membe-rikan penekanan khusus bahwa berjilbab adalah kewajiban bagi semua cewek yang mengaku muslimah dan mukminah. Itu sebabnya, berdosa bagi yang nggak mau melaksanakan kewajiban menutup aurat ini.

Sobat muda muslim, kalo ada teman kamu yang nyindir ketika kamu pake jilbab dengan nyebutin kuno dan primitif, kamu bisa bilang ke doi. Emangnya ada jaman primitif pake baju menutup aurat dan lengkap seperti jilbab? Wong jaman itu belum ditemukan kain, boro-boro menutup aurat.� Betul nggak seh?

Sebaliknya, jelaskan bahwa mereka yang nggak berjilbab dan menutup aurat itulah yang layak mendapat sebutan masih primitif. Gubrak!

Why? Karena banyak cewek yang pake baju yang kurang kain or pake baju adeknya yang masih SD. Gimana nggak, kalo bajunya ukuran kecil kan auratnya jadi bebas terlihat sama siapa pun. Mungkin ada teman kamu yang kemudian beralasan, ini kan modern
 
Nah, inilah alasan yang dibuat-buat. Karena sejatinya ini soal sudut pandang aja. Mungkin bisa dibilang perbedaannya hanyalah karena keprimitifan itu dibungkus dengan slogan yang bernama modern. Padahal intinya mah tetep aja primitif, tul nggak?

Jurus terakhir, yakni cuekkin aja lagi. Kalo dalam hal kebaikan kayak gini, EGP aja, Emang Gue Pikirin . Yang penting tuh apa dan gimana hukum Islam memberi aturan dalam segala hal, khususnya berbusana. Kalo kamu pusing dan selalu dengerin orang lain tentang keputusanmu berjilbab, kamu nggak bakalan bisa maju. Yakin deh.

 Terus kamunya sendiri juga harus yang bener ketika memutuskan berjilbab. Masa' berjilbab bin menutup aurat tapi kayak lontong. Itu tuh, yang tertutup tapi semua lekuk tubuhmu keliatan alias percuma tak berguna Neng. Jangan sampe pake jilbab tapi gak ngerti definisi dan nggak paham yang sesuai syariat itu kayak apa.

Baca Selengkapnya...

SALAM JIHAD UNTUK PARA PEJUANG DAKWAH KAMPUS

Mari! Marilah berpikir sejenak. Marilah merenungi tentang dakwah dan pergerakan. Mari luangkan waktu memikirkan Islam yang suci. Demi dakwah dan jamaa’ah, buanglah kesibukan duniawi. Raih keridhaanNya dengan berbuat lebih, lebih, dan lebih banyak lagi…
Dakwah kampus! Ikhwatifillah, kita adalah mahasiswa. Takdir kita adalah mahasiswa. Dakwah kampus adalah keniscayaan untuk kita. Pilihan Allah telah terjadi atas diri kita, menurut Allah kita adalah orang yang tepat untuk bekerja mensukseskan proyek Allah di kampus ini.
Kita adalah pejuang yang bekerja, pekerja yang berjuang untuk Islam. Perjuangan itu adalah pengorbanan sebagaimana banyak yang berkata, pengorbanan untuk agama yang haq hingga akhir hayat. Itulah jalan kita…jalan yang pernah dilalui oleh para Nabi dan Rasul Allah. 

Pengorbanan?
Pengorbanan…, tidak semudah mengucapkan katanya. Pengorbanan artinya ada yang dikorbankan. Tahap awal pengorbanan harus melalui dari ‘mulai dari diri sendiri’. Singkat kata : Pengorbanan membutuhkan tekad kita untuk berkorban…DIRI KITA TERKORBANKAN ke dalam perjuangan dakwah.

Seperti apa? 
Seperti apa kita harus berkorban. Terlalu banyak, terlalu banyak bila diuraikan. Minimal kita mampu berkorban untuk diri sendiri. Mengorbankan waktu-waktu kita untuk meng’hidup’kan Islam. Ada waktu kuliah yang sedikit terganggu, kegiatan pribadi yang mungkin terpinggirkan…Minimal itulah sederhananya pengorbanan kita.
Ikhwatifillah, pertemuan kita di dalam tulisan ini. Izinkan mata hati kita melirik perjuangan kita untuk dakwah kampus. Lirikan tajam menuju dakwah kampus yang massif. Pandangan serius mengevaluasi kerja-kerja dakwah kita. Mempertahankan perjuangan generasi saat ini dan melirik generasi pengganti. Itulah hakikat pergerakan kita…
 
Hakikat?
Ya, itulah hakikat dakwah…Dakwah kaderisasi dan regenerasi adalah kepastian. Penglihatan seorang kader berkualitas adalah penglihatan yang visioner. Pasti, visioner dalam mem’follow-up’i setiap kerja-kerja dakwah. Tentu, kita lebih dahulu mengevaluasinya.
 
Sejauh mana?
Sejauh mana kita telah memberi yang terbaik? Pertanyaan sederhana yang cukup mencemaskan kebanggaan jiwa… Bila ada suatu pengakuan bahwa kita adalah pejuang dakwah kampus saat ini maka pastikanlah bahwa ini bukanlah karena kita. 

Kita adalah produk dakwah kaderisasi para pejuang sebelum kita. Kita hadir di sini, bersama bertemu menggalang kekuatan, berjuang dengan kumpulan semangat berapi-api…Semuanya bukanlah hasil kerja kita. Kita ada di sini sebagai hasil kerja generasi sebelum kita. Bukti sederhana bahwa mereka telah bekerja dengan baik?
 
Lalu, kerja kita mana?
Usikan hati yang terdesak oleh sebuah pertanyaan mungil…
Kerja kita mana? Kerja kita adalah generasi setelah kita. Lihat saja dan perhatikan kualitas generasi pejuang setelah kita. Perhatikan seksama semangat mereka, tidak hanya kualitas tetapi kuantitas juga diperlukan…

Intinya apa?
Intinya terletak pada kualitas kerja kaderisasi dan regenerasi yang kita lakukan. Tampilan produk generasi pengganti mencerminkan kesuksesan perjuangan, pengorbanan, dan segala sesuatunya yang pernah kita rintis… 
Mengakhiri ucapan salam jihad ini, sekedar mengutip kalimat populer aktifis dakwah kampus demi menyemangati kita kembali…”dan dakwah kampus begitu indah”… keindahannya mempesona mengibaskan hawa segar untuk triple area hidup kita, mempesona terhadap akal kita, mempesona terhadap ruh dan jasad kita.

Copy Right : JHD (Jul Hasratman Daeli), Penulis lepas MCD FSLDK SUMBAR

Baca Selengkapnya...

Kamis, 20 Mei 2010

Lucu Yah (Ko Bisa Sih... ???)

Assalamualaikum,

Umat Allah semua, ini ada sedikit Renungan buat semua...

Ini :

Lucu ya, uang Rp 20,000 an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak
amal mesjid, tapi begitu kecil bila kita bawa ke mall…

Lucu ya, 45 menit terasa terlalu lama untuk berdzikir, tapi betapa
pendeknya waktu itu untuk pertandingan liga Italy…

Lucu ya, betapa lamanya 2 jam berada di Masjid, tapi betapa cepatnya 2
jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop…

Lucu ya, susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdoa atau sholat, tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan bila ketemu teman…

Lucu ya, betapa serunya perpanjangan waktu di pertandingan bola favorit
kita, tapi betapa bosannya bila imam sholat Tarawih bulan Ramadhan
kelamaan bacaannya…

Lucu ya, susah banget baca Al-Quran 1 juz saja, tapi novel best-seller
100 halaman pun habis dilalap…

Lucu ya, orang-orang pada berebut paling depan untuk nonton bola atau
konser, tapi berebut cari shaf paling belakang bila Jumatan agar bisa
cepat keluar…

Lucu ya, kita perlu undangan pengajian 3-4 minggu sebelumnya agar bisa
disiapkan di agenda kita, tapi untuk acara lain jadwal kita gampang
diubah seketika…

Lucu ya, susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah, tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gossip…

Lucu ya, kita begitu percaya pada yang dikatakan koran, tapi kita sering mempertanyakan apa yang dikatakan Al Quran…

Lucu ya, semua orang pinginnya masuk surga, tapi susah untuk berprilaku
jujur dan khusyu' ibadah, apalagi berprilaku ikhlas dan bertaqwa…

Lucu ya, begitu banyak orang segan/takut sama boss, pejabat, dan orang
"besar" lainnya, tapi begitu banyak orang yang cuek kepada Ar Raqiib…

Lucu ya, kita bisa ngirim ribuan jokes lewat email, tapi bila ngirim
yang berkaitan dengan ibadah sering mesti berpikir dua-kali…

Lucu ya, untuk bermain kaskus sanggup berjam-jam, tapi untuk beramal
dengan hanya sekedar membaca artikel agama dari seorang ustadz dan
menghabiskan waktu kurang dari 5 menit saja tidak sanggup.

LUCU YA!

“DAN SAMPAIKANLAH BERITA GEMBIRA KEPADA ORANG-ORANG MU’MIN BAHWA
SESUNGGUHNYA BAGI MEREKA KARUNIA YANG BESAR DARI ALLAH.” (QS. 33:4)



Wassalamualaikum.

Baca Selengkapnya...

KEONG (Sepenggal kisah sebelum saat itu)

Dulu kalau melihat akhwat, ada pikiran nakal berputar di otak ini yang selanjutnya aku akan senyum - senyum sendiri.
Entah kenapa tiap melihat mereka maka aku akan teringat dengan sebuah binatang sawah yang bernama keong. Maaf kepada para akhwat, bukannya menyamakan kalian dengan binatang atau keong, tapi jujur itulah yang terlintas diotakku kala melihat kalian.

Baiklah, biar kalian tahu alasannya maka mari kita bandingkan antara keong dan akhwat. Kalian boleh setuju dan boleh menyangkal argumenku. Karena aku pikir sah – sah saja kita memiliki cara pandang berbeda tentang sesuatu.

Pertama, lihatlah fisik keong yang lemah, halus dan lentur. Yang dengan keunikannya itu, keong memerlukan rumah sebagai pelindung. Kalau kita tanya kepada mereka yang sudah bergaul dengan akhwat (istrinya) dan kita baca literatur – literatur yang ada maka akan kita temukan bahwa akhwat itu ya tidak jauh beda. Sampai ada yang mengatakan bahwa akhwat adalah tulang rusuk yang bengkok, maka kalau ingin meluruskan harus hati - hati agar tidak patah. Lihat betapa mereka menggunakan kehalusan perasaan mereka untuk bertingkah laku. Atau lihat saja ia akan mudah sekali menangis ketika senang atau sedih, dan katanya tangisan itu adalah salah satu caranya untuk merajuk. (Bener gak sich?)

Kedua, lihatlah betapa pemalunya keong saat ada benda asing menyentuhnya. Dia akan serta merta masuk ke dalam rumahnya. Coba saja (kalau berani) ada ikhwan yang mencoba - coba untuk melirik si akhwat. Maka bisa dipastikan si akhwat akan segera menunduk penuh malu dan kalau dilihat dari dekat mukanya akan bersemu kemerahan akibat ulah ikhwan yang nakal tadi. dan kalau untuk sekedar dilirik saja begitu efeknya, maka jangan pernah coba - coba untuk memegang tangannya (kecuali muhrimnya lah)

Ketiga, lihatlah jalannya keong yang pelan bagai penuh perasaan dan kehati - hatian. Seolah ia ingin melindungi tubuhnya yang lemah dari onak dan duri atau dari kerikil tajam. Lantas akhwat? Kayaknya gak jauh beda. Walau tak dipungkiri banyak akhwat juga yang bisa berjalan cepat, bahkan bila naik gunung bisa jadi mengalahkan para ikhwan yang tidak pernah olah raga.

Keempat, lihatlah rumahnya yang kokoh, keras melindungi kerapuhan dirinya dari segala ancaman dan gangguan. Coba saja keong berani untuk keluar dari rumahnya, maka alangkah senangnya sang ayam begitu melihat santapan gratis yang ada didepannya. Begitu pula akhwat. Jilbab yang terulur di tubuhnya selain sebagai pelindung dari udara luar yang bisa saja panas atau dingin, ia juga berfungsi seabgai pelindung dirinya dari tatapan mata lelaki yang melihatnya. Pun dengan memakai jilbab itu, adalah dalam rangka melaksanakan syariatnya yang akan melindungi dirinya dari panasnya api neraka.

Jadi, itulah alasanku ‘menyamakan’ kalian dengan keong. Dan tolong jangan dimarahi apalagi dilempari batu atas otakku yang nakal ini. Aku sendiri belum bisa membayangkan apa yang akan terjadi kala bergaul dengan ‘keong’ yang akan kupilih sebagai teman hidupku.

Oleh karena itu, berbanggalah sebagai akhwat yang memiliki beberapa kelebihan dan keunikan seperti diatas. Wallahu alam bish showwab.
Baca Selengkapnya...

Selasa, 18 Mei 2010

"Bandingkan Cinta Anda Dengan Cinta-Nya "

Cinta adalah memberi, dengan segala daya dan keterbatasannya seorang pecinta akan memberikan apapun yang sekiranya bakal membuat yang dicintainya senang. Bukan balasan cinta yang diharapkan bagi seorang pecinta sejati, meski itu menjadi sesuatu yang melegakannya. Bagi pecinta sejati, senyum dan kebahagiaan yang dicintainya itulah yang menjadi tujuannya.

Cinta adalah menceriakan, seperti bunga-bunga indah di taman yang membawa kenyamanan bagi yang memandangnya. Seperti rerumputan hijau di padang luas yang kehadirannya bagai kesegaran yang menghampar. Seperti taburan pasir di pantai yang menghantarkan kehangatan seiring tiupan angin yang menawarkan kesejukkan. Dan seperti keelokan seluruh alam yang menghadirkan kekaguman terhadapnya.

Cinta adalah berkorban, bagai lilin yang setia menerangi dengan setitik nyalanya meski tubuhnya habis terbakar. Hingga titik terakhirnya, ia pun masih berusaha menerangi manusia dari kegelapan. Bagai sang Mentari, meski terkadang dikeluhkan karena sengatannya, namun senantiasa mengunjungi alam dan segenap makhluk dengan sinarannya. Seperti Bandung Bondowoso yang tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.

Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.

Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan.

Tentang Cinta itu sendiri, Rasulullah dalam sabdanya menegaskan bahwa tidak beriman seseorang sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya. Al Ghazali berkata: "Cinta adalah inti keberagamaan. Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalaupun ada maqam yang harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta, maqam itu hanyalah akibat dari cinta saja."

Disatu sisi Allah Sang Pencinta sejati menegaskan, jika manusia-manusia tak lagi menginginkan cinta-Nya, kelak akan didatangkan-Nya suatu kaum yang Dia mencintainya dan mereka mencintai-Nya (QS. Al Maidah:54). Maka, berangkat dari rasa saling mencintai yang demikian itu, bandingkanlah cinta yang sudah kita berikan kepada Allah dengan cinta Dia kepada kita dan semua makhluk-Nya.

Wujud cinta-Nya hingga saat ini senantiasa tercurah kepada kita, Dia melayani seluruh keperluan kita seakan-akan Dia tidak mempunyai hamba selain kita, seakan-akan tidak ada lagi hamba yang diurus kecuali kita. Tuhan melayani kita seakan-akan kitalah satu-satunya hamba-Nya. Sementara kita menyembah-Nya seakan-akan ada tuhan selain Dia.

Apakah balasan yang kita berikan sebagai imbalan dari Cinta yang Dia berikan? Kita membantah Allah seakan-akan ada Tuhan lain yang kepada-Nya kita bisa melarikan diri. Sehingga kalau kita "dipecat" menjadi makhluk-Nya, kita bisa pindah kepada Tuhan yang lain.

Tahukah, jika saja Dia memperhitungkan cinta-Nya dengan cinta yang kita berikan untuk kemudian menjadi pertimbangan bagi-Nya akan siapa-siapa yang tetap bersama-Nya di surga kelak, tentu semua kita akan masuk neraka. Jika Dia membalas kita dengan balasan yang setimpal, celakalah kita. Bila Allah membalas amal kita dengan keadilan-Nya, kita semua akan celaka. Jadi, sekali lagi bandingkan cinta kita dengan cinta-Nya. Wallahu a'lam bishshowaab.
Baca Selengkapnya...

"Ada Apa Dengan Cinta "

Suatu hari, tiga tahun yang lalu, saya sedang bete berat. Entah mengapa, dunia terasa sempit, sumpek dan menyebalkan. Padahal banyak pekerjaan yang mestinya saya selesaikan. Laporan praktikum yang bertumpuk, makalah-makalah serta seabrek PR dari banyak organisasi yang kebetulan saya ikuti. Dalam perjalanan pulang menuju kost, mata saya tiba-tiba tertumbuk pada sebuah wartel. Tanpa tahu mau menelepon siapa dan untuk apa menelepon, saya dengan linglung memasuki salah satu kabin. Sebuah nomor tiba-tiba terpencet otomatis. 8411063! “Assalamu’alaikum…” sebuah suara yang mendadak terasa merdu terdengar.

Seperti ada suntikan kesegaran yang luar biasa, mendadak semangat saya bangkit. Percakapan yang mengalir begitu saja telah mengubah dunia yang tadinya abu-abu menjadi penuh warna. Pemilik suara itu adalah seorang sahabat yang sangat dekat dengan saya. Meskipun jarang bertemu, kami yakin, ada cinta yang menginspirasikan berbagai ide mulai dari yang sederhana sampai briliyan. Cinta itu yang kami yakini menjadi pemotivator dari setiap langkah yang kian hari kian berat.

Ah, Cinta…
Saya selalu terpana dengan cinta. Membuat pikiran ini dengan susah payah membayangkan seorang Abu Bakar yang tiba-tiba berlari kesana kemari, kadang ke depan, ke samping, lantas tiba-tiba ke belakang rasulullah. Saat itu mereka sedang dalam perjalanan hijrah menuju Madinah. Di belakang, orang-orang kafir Quraisy mengejar, bermaksud membunuh Muhammad SAW. Tentu saja sang nabi terheran-heran. Beliau pun bertanya dan dijawab oleh Abu Bakar, bahwa ketika ia melihat musuh ada di belakang, maka Abu Bakar berlari ke belakang. Jika musuh di depan, Abu Bakar lari ke depan, dan seterusnya. Abu Bakar siap menjadi tameng buat rasulullah. Agar jika ada musuh menyerang, ia lah yang lebih dulu menerimanya.

Itulah cinta. Sama seperti ketika mereka akhirnya kecapekan dan menemukan sebuah gua. Abu Bakar melarang Rasul masuk sebelum ia membersihkan terlebih dulu. Saat membersihkan, Abu Bakar melihat 3 buah lubang. Satu lubang ia tutup dengan sobekan kain bajunya, lalu yang dua ia tutup dengan ibu jari kakinya. Rasul pun tidur di pangkuan Abu Bakar. Pada saat itulah, Abu Bakar merasakan kesakitan yang luar biasa. Ia digigit ular. Namun ia tidak mau membangunkan Rasul dan terus menahan sakit hingga air matanya menetes. Tetesan itu menimpa rasul dan terbangunlah beliau. Berkat mukzizat Rasul, sakit itu pun berhasil disembuhkan. (Sumber, ‘Berkas-berkas Cahaya Kenabian’, Ahmad Muhammad Assyaf).

Ada apa dengan cinta? Kalau Mbak Izzatul Jannah (salah seorang teman dekat juga) menjawab, “ada energi disana”. Saya sepakat dengan pendapat itu. Bukan karena beliau adalah teman dekat, tetapi karena saya telah merasakannya. Dan saya ingin berbagai cahaya dengan kalian.

Cinta Positif vs Cinta Negatif

Jujur, saya mungkin kurang ngeh jika bicara masalah cinta, karena saya belum menikah. (He…he, mohon doanya ya…). Saya pun alhamdulillah belum sempat pacaran, karena Allah keburu ‘menyesatkan’ saya dari jalan kemaksiatan menuju jalan yang terang benderang, jalan yang kita yakini bersama kebenaran dan keindahannya. Namun justru itulah, saya lantas menikmati cinta yang sejati. Lewat para sahabat yang mengantarkan diri ini semakin hari semakin berkarat (maksudnya kadar karatnya makin tinggi, seperti logam mulia itu lho…) alias semakin baik. Serta tidak ketinggalan, cinta kepada sang pemberi kehidupan alias cinta hakiki yang tertinggi.

Seorang sahabat pernah bernasyid di depan saya, menukil sebuah nasyid yang dipopulerkan oleh SNADA.

Ingin kukatakan, arti cinta kepada dirimu dinda
Agar kau mengerti, arti sesungguhnya
Tak akan terlena dan terbawa, alunan bunga asmara
Yang kan membuat dirimu sengsara

Cinta suci luar biasa, rahmat sang pencipta
Kepada semua hamba-hambanya

Jangan pernah kau berpaling dari cinta
Cinta dari sang maha pencipta
Kau pasti tergoda…

Nyanyian itu membuat saya merenung panjang lebar. Yups, ketemu deh. Ada cinta positif, ada juga cinta negatif. Jika cinta adalah energi, maka akan muncul pula energi positif dan energi negatif.

Adanya energi membuat semua terasa ringan. Dengan energi, gampang saja si Edo misalnya, menghajar serombongan preman yang mengusili pacarnya, Dewi. Konon cinta bisa membuat si penakut menjadi pemberani. Dengan energi pula puasa ramadhan terasa begitu indah, meskipun sebulan penuh kita diperintahkan untuk tidak makan dan minum dari terbit hingga terbenam matahari.

Kendali, itu kuncinya

Energi itu akan di dihasilkan oleh reaktor hati, pembedanya adalah faktor pengendali. PLTN adalah sebuah tempat berlangsungnya reaksi nuklir yang terkendali, sehingga energi yang dilepaskan dapat menjadi komponen yang berfungsi untuk manusia. Itu energi positif.

Jika reaksi nuklir tidak terkendali, bayangkanlah ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang menewaskan ratusan ribu manusia dan menimbulkan kerugian yang luar biasa. Itu energi negatif.

Karena reaktor tersebut adalah hati, maka semua manusia pasti memilikinya. Positif atau negatif tergantung pada pengendalian manusia tersebut terhadap hati yang dimiliki. Seperti sabda rasulullah SAW :

“Inna fii jasadi mudhghotan Idza sholuhat sholuhal jasadu kulluhu. Waidza fasadat fasadal jasadu kulluhu. Alaa wahiyal qolbu.”

Sesungguhnya dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruhnya. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruhnya. Ingatlah bahwa ia adalah hati. (HR Bukhari Muslim).

Cinta Negatif, Apaan tuh?!

Adalah cinta yang dialirkan dari energi tak terkendali. Ini nich, cinta yang merusak. Terlahir dari syubhat dah syahwat. Ngakunya moderat, padahal kuno berat. Bagaimana tidak kuno, cinta yang lahir dari syahwat mulai ada sejak jaman bauhela, bagaimana mungkin orang yang tidak pacaran disebut sebagai ‘ketinggalan jaman?’

Cinta negatif kini telah membanjiri pasaran, menebar kemadhorotan. Remaja gelagapan dan tidak tahu jalan, akhirnya ikut-ikutan. Pacaran, free sex, kumpul kebo, selingkuh… mendadak jadi tren. Secara normatif, semua perempuan tidak mau melihat lelaki yang dicintai ngabuburit dengan perempuan lain. Namun anehnya, ia malah berdandan seseksi mungkin agar lelaki lain tertarik padanya.

Mana bisa kesetiaan dipertahankan jika syahwat dikedepankan?

Mau tahu korban dari cinta negatif? Kerusakan moral. Yap! Survey di Yogyakarta menyebutkan 97,05% mahasiswa di Yogya tidak perawan, Survey itu dilakukan kepada 1660 responden dan hanya 3 orang yang mengaku belum melakukan aktivitas seks termasuk masturbasi! Astaghfirullah. Terlepas dari pro dan kontra tentang kashahihan hasil survey itu, jelas… data yang tercatat menunjukan sebuah ketakutan yang luar biasa bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke Yogya.

Cinta negatif telah menjelma menjadi teroris! Bukan hanya cinta yang mengeksploitasi seks, juga cinta kepada tahta dan harta yang membuat manusia berubah menjadi serigala yang sanggup tertawa-tawa ketika mengunyah bangkai rekan sendiri.

Menggapai Cinta Positif

Cinta positif adalah cinta yang frame-nya adalah cinta karena Allah. Cinta kepada Allah sebagai cinta yang hakiki, sedang cinta kepada selain Allah dilaksanakan dalam rangka ketaatan kepada Allah. Jika diatas disebutkan bahwa kata kuncinya adalah ‘kendali hati’, maka jelas, untuk menggapai cinta positif, hati harus pertama kali ditundukan. Jika hati telah ditundukkan maka akan bisa kita kendalikan. Jika hati terkendali, yakin deh, seluruh jasad dan akal kita pun mampu selaras dengan sang panglimanya tersebut.

Bahasa Pena?

Jika cinta adalah energi, maka yang terlahir dari cinta adalah produktivitas. Pena hanya salah satu dari banyak pilihan, tergantung pada potensi masing-masing. Saya memilih pena karena profesi saya adalah seorang penulis. Karena bingkai kecintaan itu adalah cinta kepada Allah, maka saya akan menjadikan tarian pena saya sebagai ekspresi kecintaan kepada Allah. Serupa tapi tak sama akan dialami oleh teman-teman yang mahir dibidang lain, memasak, memprogram komputer dan sebagainya. Bukti cinta itu adalah produktivitas. So, jika kita tidak produktif, berarti tidak ada energi yang menggerakan, yang ujung-ujungnya, kamu tidak punya cinta. Kasiaaan deh Luuu.

Ada apa dengan cinta? Jawabnya : ada energi. Muaranya, produktivitas, optimalisasi potensi. Tentu saja yang kita usahakan adalah cinta positif, sehingga produktivitas yang tercetak adalah produktivitas yang positif pula.
Baca Selengkapnya...

Copyright © 2009-
Keluarga Alumni AL-Faruq 2005